Mahasiswa UMY temukan motivasi berhijab Mahasiswi Yogyakarta

Komunitas Hijabers, salah satu fenomena di era globalisasi yang membuat fashion busana muslimah turut berkembang dari berbagai macam model, tipe dan jenis hijab, juga faktor pendorong kaum muda untuk mengenakan hijab agar terlihat lebih stylish. hijabers itu sendiri sering dikaitkan dengan muslimah yang melakukan modifikasi hijab agar sesuai dengan perkembangan zaman.

Komunitas Hijabers
Trend fashion dunia selalu mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Trend ini juga memengaruhi model hijab bagi muslimah modern, terutama kaula muda. Tidak dapat dipungkiri bahwa fashion telah berkontribusi bagi modernisasi hijab, mulai dari bentuk, jenis, tipe, dan cara pemakaiannya. Ini lah yang kemudian dinilai sebagai salah satu faktor yang menarik para muslimah untuk mengenakan hijab. Lantas apakah hanya karena fashion saja yang melatar belakangi muslimah untuk berhijab dan apakah dengan berhijab memberikan perubahan terhadap perilaku muslimah tersebut?
Atas dasar fenomena tersebut empat mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Fenny Alfrianda, Ferry Arida Setyawan, Destya Suci P. Wibowo, dan Bimo Satryo Wibowo melakukan penelitian terhadap motivasi mahasiswi di Yogyakarta dalam berhijab. Menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan diperkuat dengan pendekatan kualitatif, survei dilakukan terhadap 200 mahasiswi yang mengenakan hijab dari empat universitas negeri dan swasta sebagai responden dan 200 mahasiswi non-hijab sebagai controller. 

Dari peneltian keempat mahasiswa UMY selama lima bulan tersebut, diketahui bahwa fenomena berhijab di kalangan mahasiswi Yogyakarta mayoritas dilatar belakangi oleh perintah agama. Ini ditunjukkan dengan 88 % atau sebanyak 177 responden menyatakan bahwa agama merupakan motivasi utama mereka untuk berhijab. Dalam penelitian ini juga diungkapkan bahwa motivasi berhijab karena manjalankan perintah agama berkorelasi terhadap perilaku sosial yang baik sebesar 19,2% dengan variabel apakah responden tersebut menjalankan sholat lima waktu secara disiplin, menjalankan puasa sunah, meluangkan waktu untuk membaca Al-qur’an, mengikuti pengajian, dan mengikuti organisasi keagamaan.
Sedangkan berhijab yang dilandasi oleh aturan institusi sebanyak 12 (6 %) dan dorongan orang tua ada 10 responden  (5 %). Sementara trend fashion hanya 1 responden atau 1 %. Berhijab yang dimotivasi bukan karena agama tersebut berkorelasi sebesar 26 % terhadap perilaku yang buruk. Perilaku sosial ini seperti berpacaran, merokok, kehidupan malam (clubbing), bergosip, dan minum-minuman beralkohol.
Meski demikian empat peneliti tersebut menemukan bahwa kecenderungan mahasiswi yang berhijab karena agama juga melakukan perilaku sosial yang buruk sebesar 14 %, dengan setidaknya dua perilaku buruk yang dilakukan. Begitu pula terhadap pengguna hijab yang dimotivasi bukan karena agama, mereka melakukan paling tidak dua perilaku sosial yang baik dengan presentase 30,4 %. Hal ini didukung oleh mahasiswi yang tidak berhijab (controller) yang juga melakukan sekurangnya dua perilaku sosial yang baik sebesar 48 %.
Lebih lanjut keempat mahasiswa UMY memperoleh data bahwa perilaku buruk, seperti berpacaran dan bergosip menjadi mayoritas tindakan yang dilakukan oleh mahasiswi yang berhijab. Menurut mereka hal tersebut karena masih menjadi perdebatan dalam  masyarakat apakah kedua perilaku tersebut tergolong perilaku yang buruk atau  tidak, tetapi secara garis besar hal tersebut dianggap sebagai hal yang lumrah dalam masyarakat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi berhijab tidak memengaruhi perilaku sosialnya. Meski begitu menurut Fenny Alfrianda selaku ketua penelitian melalui interview yang telah dilakukan terhadap beberapa responden diketahui informasi bahwa dengan berhijab, mahasiswi merasa lebih aman dari tindakan yang tidak diinginkan.

0 komentar:

Posting Komentar

Pengunjung

 

Blogger news

Blogroll

About